SELAMAT DATANG

Selamat datang di official blogsite Klinik Umum 24 Jam Melia Medika.
Di dalam blogsite ini dapat anda ikuti perkembangan klinik kami dan anda bisa mendapatkan informasi - informasi menarik seputar masalah kesehatan.
Silahkan menjelajahi blogsite kami dan jangan lupa tinggalkan komentar - komentar anda kepada kami, agar kami dapat meningkatkan kualitas pelayanan kami kepada anda.

Friday, November 11, 2016

Pemeriksaan Narkoba dan Surat Keterangan Bebas Narkoba

Narkoba.
Apa sih sebenarnya narkoba itu ? Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, dikenal juga dengan istilah NAPZA. NAPZA adalah akronim dari NArkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Baik narkoba ataupun napza, mengacu pada kelompok senyawa atau obat - obatan yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. 
Sampai tahun 2015 terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba di Indonesia dari yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354 jenis narkoba. Dan jenis narkoba tersebut akan terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).
Yang termasuk jenis narkotika adalah:
  • Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
  • Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). 
Zat yang termasuk psikotropika antara lain Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat, misalnya Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

Sejatinya narkoba biasa dipergunakan sebagai obat untuk therapi suatu penyakit, tetapi ternyata banyak disalah gunakan oleh masyarakat.
Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan Narkoba.

Mengingat bahaya dari penyalah gunaan narkoba dan efek yang ditimbulkan terhadap generasi penerus bangsa, maka pemerintah saat ini sudah mengambil tindakan yang tegas bagi para pemakai narkoba dan pengedarnya dalam upaya pemberantasan narkoba. Program pemerintah dalam upaya pemberantasan narkoba ini mendapat sambutan yang cukup positif dari masyarakat, maka tidaklah heran apabila seseorang hendak melanjutkan pendidikan ataupun melamar suatu pekerjaan diwajibkan untuk melakukan test pemeriksaan narkoba terlebih dahulu. Bagi para pemakai narkoba tentulah menjadi sulit untuk melanjutkan pendidikannya ataupun mendapatkan pekerjaannya.

Klinik Melia Medika turut serta mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan narkoba. Saat ini kami telah turut serta dalam melakukan test pemeriksaan narkoba di sekolah - sekolah, kampus, perusahaan dan instansi - instansi lainnya.
Test pemeriksaan narkoba yang kami lakukan adalah melalui sampel urine. Dengan alat pemeriksaan yang telah memenuhi standar internasional dan bersertifikat dari KEMENKES menjadikan hasil pemeriksaan urine lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Setiap personal yang melakukan test pemeriksaan narkoba di klinik Melia Medika akan mendapatkan laporan hasil pemeriksaannya. Surat Keterangan Bebas Narkoba hanya diberikan apabila telah melakukan pemeriksaan oleh tim dokter kami dan hasil pemeriksaan terhadap zat narkoba dimaksud menunjukkan hasil Negatif.

Klinik Melia Medika melayani Test pemeriksaan narkoba, baik individual maupun kelompok.
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi kami via email meliamedika@gmail.com atau via telp di 021 - 543 5678 1.


Foto Seputar  Kegiatan Test Pemeriksaan Narkoba oleh Klinik Melia Medika






( Salah satu pemeriksaan dengan hasil POSITIF )





VIDEO SEPUTAR PEMERIKSAAN NARKOBA



CALL CENTER BNN 




Tuesday, April 26, 2011

Alergi Pada Bayi dan Gangguan Perilaku


ALERGI PADA BAYI DAN GANGGUAN PERILAKU

Beberapa gangguan perilaku yang sering menyertai atau dikaitkan dan diperberat oleh reaksi alergi pada bayi.

  • MANIFESTASI NEUROLOGIS RINGAN : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus fisiologis). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG atau serangan kejang bukan epilepsi (EEG normal)
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Usia kurang dari 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia kurang dari 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri. Sering bergerak, sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering jatuh dari tempat tidur.
  • GANGGUAN TIDUR (biasanya malam hari) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tiba-tiba duduk dan tidur lagi,
  • AGRESIF DAN EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut.
  • GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap mainan dan bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa memperhatikan. Tidak kerasan dalam ruangan yang sempit seperti box bayi dan ruangan sempit. Sering minta keluar ke tempat yang luas atau luar rumah.
  • GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI : Pada pola perkembangan motorik normal adalah bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan. Gangguan mengunyah atau menelan, tidak mau makan berserat seperti sayur dan daging atau terlambat kemampuan makan nasi tim (normal usia 9 bulan).
  • KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata sesuai dengan pertambahan umur
  • IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
  • Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). 

ALERGI BUKAN PENYEBAB AUTISM TETAPI AKAN MEMPERBERAT AUTISM. BILA ANAK TIDAK BERESIKO GENETIK AUTISM MAKA ALERGI TIDAK AKAN BERKEMBANG MENJADI AUTISM. TETAPI BILA ANAK TERDAPAT GENETIK AUTISM DAN GEJALA AWAL AUTISM SEJAK BAYI, PENGENDALIAN ALERGI MAKANAN SEJAK BAYI AKAN MEMPERINGAN MANIFESTASI AUTISM DI KEMUDIAN HARI

Benarkah Anakku Alergi Susu Sapi ? ? ?


BENARKAH ANAKKU ALERGI SUSU SAPI ?

JANGAN TERLALU CEPAT MEMVONIS ALERGI SUSU SAPI


ILUSTRASI KASUS :

SUATU KETIKA, ANAKKU USIA 2 BULAN MENGALAMI BATUK YANG LAMA, DISERTAI DIARE DAN BERAK DARAH. SAAT BEROBAT KE DOKTER ANAK, TERNYATA ANAKKU DIVONIS ALERGI SUSU SAPI.
DUH, GUSTI … BENARKAH ANAKKU ALERGI SUSU SAPI ? PADAHAL SEBENARNYA SEBELUMNYA NGGA ADA MASALAH SELAMA 7 BULAN MENGKONSUMSI SUSU SAPI FORMULA. TRUS RUNYAMNYA LAGI ANAKKU DISURUH MINUM SUSU YANG HARGANYA 600 RIBU PERKALENG, MATEEE AKU………

MEMANG SEBAIKNYA JANGAN TERLALU CEPAT MEMVONIS ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI ATAU ANAK, KARENA UNTUK MENDIAGNOSISNYA PERLU KECERMATAN, BUKAN DENGAN TES DARAH ATAU TES ALERGI….UNTUK MEMASTIKANNYA DENGAN DBPCFC (
Double Blind Placebo Control Food Chalenge) ATAU ELIMINASI PROVOKASI, KALAU MEMANG SEBELUMNYA TIDAK BERMASALAH DENGAN SUSU SAPI HARUS CERMAT LAGI UNTUK MEMVONIS ALERGI SUSU SAPI

BACKGROUND
  • Deteksi dan pencegahan alergi susu sapi harus dilakukan dengan cermat sejak dini. Pitfall diagnosis alergi susu sapi sering dialami karena gejalanya mirip gejala reaksi simpang komponen susu sapi formula dan pengaruh diet ibu saat pemberian ASI.
  • Hippocrates pertama kali melaporkan adanya reaksi susu sapi sekitar tahun 370 masehi. Dalam beberapa dekade belakangan ini prevalensi dan perhatian terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
  • Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupannya. Alergi susu sapi adalah suatu penyakit yang berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat pemberian susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi.
  • Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Mekanisme reaksi terhadap susu yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu.. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
  • Alergi susu sapi akan 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penanganan alergi susu sapi adalah penghindaran susu sapi dan makanan yang mengandung susu sapi, dengan memberikan susu kedele sampai terjadi toleransi terhadap susu sapi. Perbedaan yang mencolok antara penyakit alergi susu sapi dan alergi terhadap makanan lain pada bayi adalah bahwa toleransi dapat terjadi secara spontan semasa usia dini.
  • Penghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi sekitar usia 2-3 tahun sehingga harus diberikan susu pengganti formula soya atau susu sapi hidrolisat sempurna dan makanan padat bebas susu sapi dan produk susu sapi. Pencegahan alergi harus dikerjakan sedini mungkin pada anak berisiko atopik, Penelitian menunjukkan bahwa 85% ASS akan ditoleransi sebelum anak berumur 3 tahun. Walaupun akan terjadi toleransi pada usia tersebut, tindakan pencegahan maupun tata laksana yang tepat perlu untuk mencegah terjadinya alergi yang lebih parah serta alergi terhadap makanan alergen lain di kemudian hari.
  • Alergi merupakan masalah penting yang tidak harus diremehkan. Reaksi yang ditimbulkan dapat mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak. Sehingga dapat mengganggu tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Pada usia tahun pertama kehidupan, sistim imun seorang anak relatif masih imatur dan sangat rentan. Bila ia mempunyai bakat atopik akan mudah tersensitisasi dan berkembang menjadi penyakit alergi terhadap alergen tertentu misalnya makanan dan inhalan.

MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN
  • Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna. Susu sapi adalah protein asing utama yang diberikan kepada seorang bayi, Harus dibedakan antara alergi susu sapi suatu reaksi imunologis dan reaksi intoleransi yang bukan berdasarkan kelainan imunologis seperti efek toksik dari bakteri stafilokok, defek metabolik akibat kekurangan enzim laktase, reaksi idiosinkrasi atau reaksi simpang dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam susu formula.
  • Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat mengganggu respon imun yang menyimpang pada seseorang.. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6. Whey terdiri dari 20% total protein susu, tang terdiri dari β -lactoglobulin (9% total protein susu), α -lactalbumin (4%), bovine immunoglobulin (2%), bovine serum albumin (1%), dan sebagian kecil beberapa proteins seperti lactoferrin, transferrin, lipases (4%). Dengan pasteurisasi rutin tidak cukup untuk menghilangkan protein ini tetapi sebaliknya meningkatkan sifat alergenitas beberapa protein susu seperti b-laktoglobulin.


Karakteristik komponen protein susu sapi.
Komponen Protein
Berat Molekul
(kD)
Persentase
Protein Total
Alergenisitas
Stabilitas pada suhu 100°C
β –lactoglobulin
18.3
10
+++
++
Casein
20 – 30
82
++
+++
α -lactalbumin
14.2
4
++
+

Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk menyebabkan sensitivitas. Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit, sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari 100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C – 80C.
Pemanasan penuh akan terjadi denaturasi dari beberapa protein whey. β –lactoglobulin merupakan penyebab alergen paling kuat. Penelitian lain menyebutkan antibodi IgE antibodi terhadap α -lactalbumin, β -lactoglobulin, bovine serum albumin, and bovine gamma globulin adalah penyebab alergi paling sering pada manusia, sedangkan caseins adalah penyebab alergi terbanyak. Penelitian terakhir menyebutkan casein-specific IgE didapatkan 100% pada kelompok penderita alergi, IgE dari β –lactoglobulin sekitar 13%, α -lactalbumin sekitar 6%.
MANIFESTASI KLINIS
·         Gejala yang terjadi pada alergi susu sapi secara umum hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Target organ utama reaksi terhadap alergi susu sapi adalah kulit, saluran cerna dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang tyerjadi adalah astma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Beberapa manifestasi reaksi simpang karena susu sapi melalui mekanisme IgE dan Non IgE.  
  • Target organ yang sering terkena adalah kulit berupa urticaria dan angioedema. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah sindrom oral alergi, gastrointestinal anaphylaxis, allergic eosinophilic gastroenteritis. Saluran napas yang terjadi adalah asma, pilek, batuk kronis berulang. Target multiorgan berupa anafilaksis karena makanan atau anafilaksis dipicu karena aktifitas berkaitan dengan makanan 
  • Selain target organ yang sering terjadi tersebut di atas, manifetasi klinis lainnya berupa Manifestasi tidak biasa (anussual Manifestation). Diantaranya adalah manifestasi kulit berupa vaskulitis, fixed Skin Eruption. Sistem saluran cerna yang terganggu adalah chronic Pulmonary disease (Heiner Syndrome), hypersensitivity pneumonitis. Saluran cerna yang terjadi adalah konstipasi, gastroesophageal refluk, saluran napas seperti hipersekresi bronkus (napas bunyi grok-grok) dan obstruksi duktus nasolakrimalis (mata sering berair dan belekan) Target multiorgan berupa irritability/Sleeplessness in infants, artropati, nefropati dan trombositopeni
  • Reaksi susu sapi yang timbul karena reaksi non Ige berupa dermatitis atopik, ermatitis Herpetiformis, proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, penyakit celiac dan sindrom Heiner
  • Terdapat 3 pola klinis respon alergi protein susu pada anak : Reaksi Cepat, waktu dari setelah minum susu hingga timbulnya gejala. Reaksi sedang (pencernaa), 45 menit hingga 20 jam. Sedangkan Reaksi Lambat (kulit dan sal.cerna), Lebih dari 20 jam. Reaksi awal kulit gejala timbul dalam 45 menit setelah mengkonsumsi susu. Reaksi tersebut dapat berupa bintik merah (seperti campak) atau gatal. Gejala lain berupa gangguan system saluran napas seperti napas berbunyi “ngik” (wheezing), atau rhinoconjuncy=tivitis (bersin, hidung dan mata gatal, dan mata merah). Gejala tersebut bias terjadi meskipun hanya mengkonsumsi sedikit susu sapi. Hill dkk telah mellaporkan bahwa hamper semua (92% penderita dalam kelompok ini dalam pemeriksaan skin prick test terhadap susu sapi hasilnya positif.. Anafilaksis susu sapi adalah merupakan reaksi paling penting dalam kelompok ini.
  • Dalam kelompok reaksi sedang gejala yang sering timbul adalah muntah, diare dimulai setelah 45 menit hingga 20 jam setelah mendapatkan paparan dengan susu. Menurut penelitian sekitar sepertiga dari kelompok ini didapatkan hasil positif hasil tes kulit (skin prick test).  
  • Gejala yang timbul dalam reaksi lambat terjadi dalam sekitar 20 jam setelah terkena paparan susus sapi. Untuk terjadinya reaksi ini dibutuhkan jumlah volume susu sapi yang cukup besar. Dalam kelompok ini hanya sekitar 20% yang didapatkan hasil uji kulit yang positif. Uji temple alergi ( Patch Test) yang dilakukan selama 48 jam sering terdapat hasil positif pada kelompok ini. Sebagian besar terjadi dalam usia lebih dari 6 bulan. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah diare, konstipasi (sulit uang air besar) dan dermatitis (gangguan kulit)

DIAGNOSIS ALERGI SUSU SAPI
  • Diagnosis alergi susu sapi adalah suatu diagnosis klinis berupa anamnesis yang cermat, mengamati tanda atopi pada pemeriksaan fisis, pemeriksaan imunoglobulin E total dan spesifik susu sapi. Untuk memastikan alergi susu sapi harus menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC yang menjadi gold standard atau baku emas. Namun cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
  • Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.
  • Anamnesis atau mengetahui riwayat gejala dilihat dari jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Harus diketahui riwayat pemberian makanan lainnya termasuk diet ibu saat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping lainnya. Harus diketahui juga gejala alergi asma, rinitis alergi, dermatitis atopik, urtikaria, alergi makanan, dan alergi obat pada keluarga (orang tua, saudara, kakek, nenek dari orang tua), dan pasien sendiri.
  • Gejala klinis pada kulit seperti urtikaria, dermatitis atopik, ras. Saluran napas: batuk berulang terutama pada malam hari, setelah latihan asma, rinitis alergi. Gangguan saluran cerna, muntah, diare, kolik dan obstipasi.
  • Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan adalah ada kulit tampak kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik allergic shiner’s, Siemen grease, geographic tongue, mukosa hidung pucat, dan wheezing (mengi).
PITFALL DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
  • Pitfall atau ”kesalahan yang menjerumuskan” terjadi pada awal penentuan diagnosis dilakukan hanya berdasarkan data laboratorium baik tes kulit atau IgE spesifik terhadap susu sapi. Padahal baku emas diagnosis adalah dengan melakukan menggunakan provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). Penelitian yang dilakukan penulis terungkap bahwa 25 anak dengan hasil IgE spesifik terhadap susu sapi positif, ternyata setelah dilakukan elimisasi provokasi terbuka sekitar 48% dapat toleran terhadap susu sapi “nutrien dense”, 40% toleran terhadap susu sapi evaporasi, 24% toleran terhadap susu formula sapi biasa.
  • Pitfall diagnosis juga sering terjadi hanya berdasarkan anamnesa tanpa pemeriksaan penunjang dan DBPCFC. Bila anamnesis tidak cermat sering terjadi kesalahan karena karena faktor yang mempengaruhi gejala yang timbul bukan hanya protein susu sapi. Reaksi simpang yang terjadi dapat juga diakibatkan oleh beberapa kandungan tambahan yang ada di dalam susu formula dan reaksi yang ditimbulkan karena diet ibu saat pemberian ASI. Faktor lain yang memicu timbulnya gejala adalah faktor terjadinya infeksi pada anak. Saat terjadi infeksi seperti batuk, pilek atau panas sering memicu timbulnya gejala alergi. Misalnya saat infeksi saluran napas akut pada penderita alergi sering disertai gejala diare, muntah dan dermatitis.
  • Terlalu cepat memastikan suatu anak menderita alergi susu sapi biasanya didasarkan ketidakcermatan dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada penderita. Dalam menentukan apakah suatu anak mengalami alergi susu sapi diperlukan ketelitian dan kecermatan. Bila anak minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) dan ASI (Air Susu Ibu), harus cermat dalam menentukan penyebab gangguan tersebut. Dalam kasus tersebut, PASI atau ASI dapat dicurigai sebagai penyebab alergi. Pada pemberian ASI, diet yang dimakan ibunya dapat mempengaruhi bayi. Bila pemberian PASI sebelumnya sudah berlangsung lebih dari 1 – 2 minggu tidak terdapat gangguan, kemungkinan susu formula sapi tersebut bukan sebagai penyebab alergi. Harus diperhatikan apakah diet ibunya sebagai penyebab alergi.
  • Kadang ada beberapa anak dengan susu formula sapi yang satu tidak cocok tetapi susu formula sapi lainnya bisa diterima. Hal inilah yang menunjukkan bahwa komposisi dan kandungan lain di dalam susu formula tersebut yang ikut berperanan. Faktor yang berpengaruh mungkin saja karena perbedaan dalam proses pembutan bahan dasar susu sapi. Dengan pemanasan dan proses tertentu yang berbeda beberapa kandungan protein tertentu akan menghilang.
  • Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi adalah tipe cepat yang diperan oleh IgE dan gejala utama adalah ras kulit, eritema perioral, angioedema, urtikaria dan anafilaksis. Sedangkan bila gejala lambat pada saluran cerna berupa muntah, konstipasi dan diare dan gangguan kulit dermatitis herpertiformis biasanya bukan diperani oleh IgE. Peranan Non IgE inilah biasanya disebabkan bukan oleh kandungan protein susu sapi.. Melihat berbagai jenis kandungan protein dalam susu sapi dan beberapa zat tambahan seperti AA, DHA, sumber komponen lemak (minyak safflower, minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai) atau aroma rasa (coklat, madu dan strawberi). Masing masing kandungan tersebut mempunyai potensi berbeda sebagai penyebab alergi atau reaksi simpang dari susu formula..
  • Kandungan DHA dalam susu formula kadang dapat mengakibatkan gangguan pada anak tertentu berupa gangguan kulit. Sedangkan kandungan minyak kelapa sawit dapat mengakibatkan gangguan saluran cerna berupa konstipasi. Aroma rasa susu seperti coklat sering menimbulkan reaksi batuk atau kosntipasi. Begitu juga kandungan lemak tertentu, minyak jagung dan laktosa pada susu formula tersebut dapat mengakibatkan manifestasi yang hampir sama dengan alergi susu sapi. Bila gangguan akibat susu formula tersebut hanya ringan mungkin penggantian susu sapi formula tanpa DHA atau susu sapi formula tertentu keluhannya dapat berkurang. Jadi bila ada keluhan dalam pemakaian susu sapi formula belum tentu harus diganti dengan susu soya atau susu hidrolisat. Tapi bila keluhannya cukup berat mungkin penggantian susu sapi formula tersebut perlu dipertimbangkan untuk pemberian susu soya atau hidrolisat protein.
  • Bayi atau anak yang sebelumnya telah mengkonsumsi salah satu jenis susu sapi dan tidak mengalami keluhan dalam waktu lebih 2 minggu. Biasanya setelah itu tidak akan mengalami alergi susu yang sama dikemudian hari. Hal ini sering disalah artikan ketika anak mengalami gejala alergi, kemudian susunya diganti. Padahal sebelumnya anak telah beberapa bulan mengkonsumsi susu yang diganti tersebut tanpa keluhan. Sering terjadi saat terjadi gangguan terdapat faktor penyebab lainnya. Riwayat pemberian makanan lainnya atau adanya infeksi yang diderta anak saat itu dapat menimbulkan gejala yang sama. Kasus yang seperti ini menunjukkan bahwa kita harus cermat dan teliti dalam mencurigai apakah seorang anak alergi susu sapi atau bukan.
  • Beberapa penelitian menunjukkan alergi susu sapi sekitar 80% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis terhadap 120 penderita alergi susu sapi menunjukkan bila gejalanya ringan akan bisa toleran usia di atas 1 tahun. Bila gangguannya berat, disertai gangguan kulit dan mengakibatkan batuk dan pilek biasanya akan tahan terhadap susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
  • Pitfal penanganan yang sering terjadi adalah saat gejala alergi timbul, penderita paling sering direkomendasikan oleh para klinisi adalah pemberian susu partial hidrolisa. Padahal relkomendasi yang seharusnya diberikan adalah susu formula ekstensif hidrolisat atau susu soya, Pemberian partial hidrolisa secara klinis hanya digunakan untuk pencegahan alergi bagi penderita yang beresiko alergi yang belum timbul gejala. Namun pada pengalaman beberapa kasus bila didapatkan gejala alergi yang ringan ternyata pemberian susu parsial hidrolisa bisa bermanfaat.
  • Pemberian obat anti alergi baik peroral atau topikal bukan merupakan jalan keluar yang terbaik untuk penanganan jangka panjang. Pemberian anti alergi jangka panjang merupakan bukti kegagalan dalam mengidentifikasi penyebab alergi.

Friday, March 25, 2011

Kembar, Mungkinkah Anda Melahirkan Anak Kembar ?

Memiliki anak kembar adalah hal yang menyenangkan. Benarkah demikian ? Padahal faktanya tidak sepenuhnya benar, karena dengan memiliki anak kembar, anda harus membagi waktu Anda untuk dua orang bayi yang membutuhkan perhatian anda di waktu yang sama. Selain itu, masalah keuangan yang harus dihadapi dan dipersiapan dengan cukup matang, sebab pengeluaran untuk anak anda otomatis akan menjadi dua kali lipat.

Tidak semua orang tua yang bisa "beruntung" memiliki anak kembar. Berikut ini beberapa hal yang membuat orang tua kemungkinan besar bisa memiliki anak kembar?

1. Sejarah keluarga
Apabila di dalam keluarga Anda memiliki sejarah kelahiran kembar, seperti ibu, saudara kandung, paman atau sepupu yang kembar, Anda dapat berharap suatu saat akan mendapatkan anak kembar tanpa susah payah.
Kelahiran kembar, umumnya terjadi secara turun menurun. Jika ibu Anda atau garis keturunan ibu ke atas, memiliki sejarah kelahiran kembar, maka Anda memiliki gen dengan kecenderungan hiperovulasi yaitu pelepasan sel telur secara berlebihan yang memungkinkan mengandung anak kembar.

2. Gemuk atau berat badan berlebih

Penelitian yang dimuat pada American College of Obstetrics and Gynecology, menunjukkan hubungan yang erat antara kecenderungan kelahiran kembar dengan naiknya kasus obesitas.
Menurut penelitian, ibu dengan Body Mass Index (BMI) lebih dari 30, berpeluang mengandung anak kembar. Tapi statistik ini hanya berlaku bagi pasangan dengan sejarah keluarga kelahiran kembar.

3. Hamil diusia tua
Wanita yang hamil di usia tua, besar kemungkinannya memiliki anak kembar, dibanding wanita yang hamil di usia muda. Diperkirakan, ovulasi akan semakin cepat seiring usia biologis yang juga bergerak cepat. Sekitar 17% wanita yang hamil di atas 45 tahun, berpeluang mengandung anak kembar.
Lima tahun lagi, sekitar usia 50 tahun, peluangnya makin besar yaitu 1 banding 9. Hanya saja, mengandung di usia tua sangat berisiko, dari keguguran hingga meningkatnya kadar gula selama hamil. Bayinya pun kemungkinan besar akan mengalami kelainan kromosom.

4. Sekali melahirkan kembar, selanjutnya pun kembar
Apabila dikehamilan pertama Anda melahirkan anak kembar, kemungkinan besar di kehamilan berikutnya pun akan kembar. Sebab ibu yang memiliki anak kembar, empat kali lipat lebih besar kemungkinannya daripada yang belum pernah mengandung.

5. Konsumsi umbi-umbian dan susu
Meski belum terbukti secara medis, namun jenis umbi-umbian, seperti ubi dan kentang diketahui dapat membuat seseorang mendapatkan anak kembar.
Salah satu buktinya, etnis Yoruba di Afrika Barat yang penduduknya sebagian besar mengkonsumsi umbi-umbian, terkenal sebagai negara dengan kelahiran kembar tertinggi di dunia. Diyakini bahwa umbi-umbian memiliki zat kimia yang memicu terjadinya hiperovulasi.
Sedangkan penelitian di tahun 2006 lalu memperlihatkan, wanita yang mengkonsumsi susu lebih banyak, cenderung memiliki kemungkinan besar untuk mengandung anak kembar.

6. Melakukan program fertilitas
Program teknologi reproduksi yang pesat saat ini, juga memungkinkan tingginya kelahiran kembar akibat penggunaan obat yang menstimulasi terjadinya ovulasi dan sistim bayi tabung yang memungkinkan adanya embrio lebih dari satu di rahim ibu.

7. Sering melahirkan
Semakin banyak yang telah Anda miliki, kemungkinan mengalami kehamilan kembar juga semakin besar. Tapi tak ada yang bisa memastikan setelah berapa kali kehamilan akan terjadi kehamilan kembar.

8. Hamil saat masih menyusui
Banyak yang beranggapan, saat menyusui, seorang wanita tidak dapat hamil. Tetapi proses laktasi menjaga ibu tetap berovulasi dan mengalami menstruasi. Beberapa peneliti juga mendukung teori yang menyatakan kehamilan kembar meningkat saat ibu tengah menyusui.

9. Mengandung meski menggunakan kontrasepsi pil
Kontrasepsi pil dianggap sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hingga 99,9 persen. Tetapi kemungkinan 0,01 persennya memungkinkan untuk kehamilan kembar. Kehamilan yang terjadi saat mengkonsumsi pil kontrasepsi, biasanya akibat pemakaian yang tidak konsisten. Ketidakteraturan pemakaian, memicu perilaku hormon yang berubah-ubah yang mengakibatkan hiperovulasi.

10. Tanpa sebab, alias tengah ‘beruntung’
Tak sedikit kasus kelahiran kembar yang tidak cocok pada beberapa kriteria klasik di atas, serta tak dapat diketahui penyebabnya. Kembar identik (monozigot twin) yang banyak terjadi pun, hingga kini penyebabnya masih misterius. Tak ada yang bisa meramalkan, kapan dan bagaimana sebuah sel telur akan memecahkan diri menjadi dua janin.
 
 
Nah...setelah anda merasa anda mungkin mempunyai "keberuntungan" untuk memiliki anak kembar, sekarang waktunya mencoba "keberuntungan" anda yang lain yaitu memilih jenis kelamin anak kembar anda.
 
Untuk anak laki-laki :
  • Istri harus makan makanan yang tinggi potassium dan tinggi garam, serta rendah calsium dan magnesium, artinya harus banyak makan buah terutama pisang, tidak boleh minum susu, telur dan seafood. Ini dilakukan kira-kira dua bulan sebelumnya.
  • Berhubungannya dilakukan pada saat ovulasi, cara mengetahui kapan ovulasi akan terjadi bisa dengan pemeriksaan USG atau dengan tes urin dengan ovu test.
  • Cara "pencampuran" juga sebaiknya dari belakang karena posisi ini dianggap dapat menciptakan jarak yang terdekat antara ujung penis dan mulut rahim. Wanita nya juga sebaiknya orgasme, karena dengan orgasme suasana di kandungan wanita akan lebih bersifat basa, baik untuk sperma untuk anak laki-laki. Sebelum berhubungan vagina disemprotkan dengan cairan soda ( 1 sendok makan baking soda dicampur 500 cc air matang yang hangat)
Untuk anak perempuan
  • Makanannya kebalikan dari anak laki-laki.
  • Berhubungan dilakukan kira-kira 2-3 hari sebelum ovulasi, menentukan waktu ini lebih sulit, karena kita sebaiknya mengenal dulu pola haid kita
 
Setelah semua ini anda lakukan, dan anda telah menunjukkan tanda - tanda kehamilan, berikut ini tanda - tanda bahwa anda memang benar - benar beruntung memiliki anak kembar. Anda bahkan tidak perlu mendapat konfirmasi dari dokter, bila Anda menemukan ciri-cirinya sebagai berikut:
  1. Intuisi wanita seringkali begitu kuat. Anda hanya merasakan begitu saja bahwa Anda  mungkin membawa dua janin dalam tubuh Anda. Beberapa ibu dari bayi kembar (dua atau lebih) mengatakan bahwa mereka tahu sejak awal bahwa mereka sedang menantikan kehadiran dua orang bayi. 
  2. Anda mengalami mual-muntah atau morning sickness yang lebih parah. Jika memang sedang hamil bayi kembar, kadar hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) pada air kemih Anda mungkin juga meningkat. Hormon hCG diperlukan untuk menjaga kehamilan sampai plasenta berkembang. Hormon ini bisa dideteksi melalui darah atau melalui urine (saat Anda ingin mengetahui kehamilan lewat test pack) bahkan sebelum menstruasi Anda berhenti. Dalam kehamilan tunggal, biasanya konsentrasi hCG meningkat cepat selama minggu pertama, dan menjadi ganda setiap dua atau tiga hari. Nah, kadar hCG ini bisa meningkat bila terjadi kehamilan kembar, dan membuat Anda mengalami morning sickness (atau all day sickness) lebih parah.
  3. Gejala-gejala kehamilan normal lainnya kemungkinan juga lebih besar. Kebanyakan wanita (tidak semua) yang hamil bayi kembar memiliki gejala kehamilan yang lebih intens, disebabkan oleh hormon ekstra yang bersirkulasi melalui sistem mereka. Mungkin payudara Anda terasa lebih bengkak, lebih sering buang air kecil, lapar sepanjang waktu, dan cepat lelah. Dalam trimester kedua, Anda mungkin juga kesulitan menangkap nafas, kaki dan tangan membengkak (edema), penambahan berat badan dan pembesaran rahim yang tidak normal, serta gerakan janin yang kuat. Masalah anemia atau kekurangan zat besi (yang menurunkan hemoglobin) juga biasa terjadi pada kehamilan kembar.
  4. Pertambahan berat badan meningkat cepat pada trimester pertama, dan ini bisa menjadi petunjuk pertama bahwa Anda membawa lebih dari satu janin. Jika Anda menerapkan pola makan dengan baik, Anda tak perlu khawatir. Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology menekankan pentingnya penambahan berat badan di masa awal kehamilan kembar, karena penambahan di dua trimester pertama terbukti memiliki pengaruh yang lebih besar pada berat bayi lahir. 
  5. Ukuran Anda cukup besar untuk usia kehamilan. Pada pemeriksaan pertama mungkin Anda akan diberitahu bahwa rahim Anda akan terus membesar. Jika periode menstruasi Anda yang terakhir mengindikasikan kehamilan 8 minggu, rahim Anda mungkin terasa seperti sudah 10-12 minggu. Hal ini tentu harus dibuktikan dengan pemeriksaan USG. Begitu kehamilan berlanjut, jika Anda memang mengandung dua janin, ukuran rahim akan membesar mengikuti usia kehamilan secara konsisten. Rahim yang menyimpan satu janin mungkin akan mencapai 38 x 40 cm tingginya, diukur dari tulang pubik. Sedangkan kehamilan kembar mungkin akan mencapai 48 cm. 
  6. Anda akan mendapat informasi bahwa kadar AFP (alpha fetoprotein) Anda meningkat. Kadar AFP, protein yang dilepaskan oleh bayi ketika ia tumbuh dan ditemukan dalam darah ibu, dapat meningkat ketika ada lebih dari satu bayi. Normalnya tes darah secara sederhana akan diberikan 16-18 minggu sejak menstruasi Anda yang terakhir. Pemeriksaan alpha fetoprotein mendeteksi lebih dari separuh kehamilan kembar.
  7. Dokter Anda dapat mendengarkan dua detak jantung. Dua detak jantung yang terpisah dapat dibuktikan sampai usia kehamilan 12 minggu. Pada sekitar usia 28 minggu, sangat mungkin untuk membedakan dua kepala janin dan beberapa bagian kecil ketika melakukan pemeriksaan USG. 
  8. Hasil pemeriksaan USG Anda positif. Jika Anda percaya bahwa Anda memang sedang hamil bayi kembar, USG dapat dilakukan sejak awal kehamilan. Dengan dokter yang ahli USG, dua embryo dan dua detak jantung janin yang kuat bahkan dapat dilihat 6 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir Anda. Banyak pula janin kembar yang sudah dapat didiagnosa sejak usia 5 minggu, ketika Anda baru terlambat mens satu minggu saja. 
So.....CONGRATULATION !!!! Now You Have a twin babies.